Ikigai: Sebuah Alasan Hidup, Belakang Layar Sukses Ala Jepang
pic: walt disney |
Sebagian besar dari kita pernah melihat film Pinocchio garapan Walt Disney. Namun tahukah Anda bagaimana konflik pra-rilis film animasi tersebut?
Konon, film ini dirilis pada tahun 1940. Beberapa dikala sebelum resmi rilis, Walt kembali menyimak masterpiece-nya itu, frame demi frame untuk memastikan kualitas yang sempurna. Alhasil, Walt menemukan kejanggalan pada satu karakter, Jiminy Cricket. Baginya, desain tokoh tersebut terlihat aneh. Tidak mau tanggung, Walt dan Ward Kimball (desainer) menunda penayangan perdana dan memerintah kru untuk merombak kembali animasi tersebut. Perlu Anda ketahui, dalam animasi, perombakan desain satu tokoh saja berdampak pada seluruh frame yang menampilkan tokoh tersebut. Apalagi pada zaman itu, kita tidak mengenal software 3D animation canggih. Menggambar, mewarnai, mengkomposisi, memberi efek, satu persatu.
Walt mengutamakan hal detil dan kesempurnaan. Tidak duduk kasus menunda untuk hasil terbaik. Apa yang terjadi? 5 tahun sehabis penayangan perdana, Pinocchio dinobatkan sebagai The Greatest Animated Firm Ever dengan nilai tepat pada pemeringkatan Rotten Tomatoes. Gara-gara, jangkrik!
Walt dikenal sebagai sosok animator dan pebisnis hiburan yang perfeksionis, selalu memperhatikan hal detil, hadir dan sering terlarut dalam pekerjaannya, pekerjaan yang menghidupi, sekaligus menghibur banyak orang. Menjadi animator, sekaligus pebisnis hiburan yakni jalan hidup Walt Disney, sebuah contoh hidup yang sedang kekinian dengan istilah Ikigai.
Dipopulerkan oleh Kobayashi Tsukasa, Ikigai (dari kata iki dan gai) diartikan sebagai "a reason for living". Alasan mengapa saya hidup?
Ikigai menjadi makin terkenal semenjak dibukukan oleh Ken Mogi dan Hector Garcia & Miralles. Hidup yakni pencarian harmoni untuk menemukan titik kebahagiaan dalam batin. Ikigai menunjukkan pencarian kita, wacana makna hidup, sebagai pertemuan apa yang Anda sukai, apa keahlian/ kompetensi Anda, apa yang dunia peroleh, dan apa yang Anda peroleh. Secara sederhana, Ikigai sanggup digambarkan ibarat berikut:
pic: ikigai |
Kualitas Ikigai pada balasannya akan memilih perbedaan orang sukses dan tidak. Orang-orang sukses berhasil menemukan titik optimal Ikigai mereka, a reason for living. Selain Walt, sederet nama dunia ibarat Steve Jobs, Jack Ma, Eiji Tsuburaya, J.R.R. Tolkien, sampai Mother Theresa, yakni mereka yang menikmati pekerjaannya dengan segala kemampuannya, pekerjaan yang memberi kebaikan hidup pada orang lain dan pada balasannya kembali menjadi kebaikan bagi dirinya.
Di Indonesia, sederet tokoh inspiratif ibarat seniman Eko Supriyanto, Joseph Theodorus Wuliandi alias Mr. Joger, pendeta jalanan Agus Sutikno, dan Mooryati Soedibyo juga menginspirasi kita wacana Ikigai. Sebuah harmoni kehidupan yang ideal dalam konteks masing-masing pribadi. Harmoni antara memberi dan mendapat, harmoni antara tanggungjawab langsung dan tanggung jawab kepada dunia, serta harmoni antara aspek material dan spiritual. Inilah diam-diam kebahagiaan.
Bagaimana dengan Anda, sudahkan menemukan Ikigai, a reason for living Anda?
Sumber http://inspirasisolusibisnis.blogspot.com/