Aku, Akuntan Yang Bodoh?!
![]() |
| pic: time.com |
Berawal dari diskusi ringan bersama Idfi, rekan dosen yang kebetulan tergabung dalam proyek dedikasi kepada masyarakat. Saat itu menjelang hari raya Idul Adha. "Hakikat dari hari raya Qurban yakni ketulusan hati kita untuk memperlihatkan korban yang terbaik, bagi sesama dan Allah. Jadi, bila kita bisa membeli sapi, belilah yang terbaik. Namun bila hanya kambing, belilah yang terbaik pula", tuturnya. Seperti bagaimana nabi Ibrahim menyerahkan anak kesayangannya atau cerita Allah mengorbankan Yesus. Ia menyebutnya sebagai kewajiban umat beragama atau aturan Tuhan.
Sejenak, pikiran saya berpetualang menuju masa lampau, ketika masih mula-mula mencar ilmu ilmu ekonomi. Saya mencar ilmu aturan ekonomi, bahwa ekonom yang baik bisa berkorban sekecil-kecilnya untuk laba sebesar-besarnya. Ada sesuatu menyerupai dilema. Kedua aturan tersebut bertolak belakang. Atau mungkin memang bisnis yakni bisnis dan agama yakni agama, yang keduanya tidak pernah bersatu. Dilema yang menggantung.
Sejenak, pikiran saya berpetualang menuju masa lampau, ketika masih mula-mula mencar ilmu ilmu ekonomi. Saya mencar ilmu aturan ekonomi, bahwa ekonom yang baik bisa berkorban sekecil-kecilnya untuk laba sebesar-besarnya. Ada sesuatu menyerupai dilema. Kedua aturan tersebut bertolak belakang. Atau mungkin memang bisnis yakni bisnis dan agama yakni agama, yang keduanya tidak pernah bersatu. Dilema yang menggantung.
Sejak 2 tahun lalu, saya membantu guru-guru saya, Sujoko Efferin, Iwan Triyuwono, dan Hery Pratono untuk mengampu mata kuliah Akuntabilitas dan Spiritualitas dalam Bisnis di Magister Akuntansi Universitas Surabaya. Mata kuliah akuntansi yang mungkin hanya ada di daerah kami. Mata kuliah yang memperluas horison pengetahuan dan kecerdikan bahwa akuntabilitas atau pertanggungjawaban insan dalam bekerja bukan hanya kepada bos atau shareholder, namun lebih pada Tuhan, makhluk lain, dan alam dalam bagan omnikonektivitas semesta. Setiap ucap dan tindak yang kita lakukan berdampak pada kehidupan secara holistik. Sejak ketika itu, saya terus memikirkan apa bantu-membantu roh dari kata "akuntansi". Apakah akuntansi sebuah simulakra atau bahkan hiper realitas? Ada sedikit hal yang mulai saya pahami, namun meninggalkan hal-hal lain yang sulit dipahami. Selama ini saya mengenal akuntansi sebagai metode pengumpulan data, pencatatan transaksi, proses penjabaran dan perhitungan komponen-komponen hemat untuk menghasilkan laporan keuangan. Bahkan, secara konvensi sudah ada pakem atau standar internasional yang diberlakukan sebagai simbol dominasi politis.
Penasaran itu makin mengusik saya. Saya kembali menjelajah dunia maya mencari banyak sekali literatur perihal keaslian dan sejarah akuntansi. Syukur, saya menemukan goresan pena salah seorang guru dan penguji disertasi saya, Eko Ganis Sukoharsono, Luca Pacioli's Response to Accounting Whereabout: An Imaginary Spiritual Dialogue. Ada yang menarik dari goresan pena ini. Melalui 3 tokoh imajinatif, Luca Lama, Luca baru, dan Luca Pacioli, dia mengajak pembaca untuk memahami kembali apa itu akuntansi. Luca Pacioli seorang pelayan Tuhan di gereja Kristen Roma dan mahir matematika, dikenal sebagai bapak akuntansi, penemu sistem double-entry.
Mempelajari bidang hermeneutika Foucault dan Ricoeur, mengusik hati saya untuk berburu mencari tahu, siapa itu Luca Pacioli, apa yang pernah ia sampaikan perihal akuntansi dan dalam konteks menyerupai apa. Dengan impian menerima sedikit pencerahan yang benar. Bertemu Christian, salah satu mahasiwa yang sedang dalam proses bimbingan Tesis. Ia membantu saya untuk mencari naskah-naskah orisinil Pacioli serta literatur perihal sejarah akuntansi dan upaya insan mencari kebenaran.
Particularis de Computis et Scripturis, demikianlah judul naskah Pacioli yang menjadi best seller pada tahun 1490an hingga ke Amerika. Pacioli, disebut sebagai salah satu mitra sekaligus guru dari si jenius, Leonardo da Vinci. Lukisan The Last Supper karya da Vinci bantu-membantu merupakan hasil "kursus" nya perihal matematika, geometri, proporsi, dan perspektif pada sang guru Pacioli. Naskah fenomenal Pacioli tidak hanya berisi perihal teknis penulisan transaksi, namun diwarnai oleh pesan-pesan spiritual yang bantu-membantu menjadi roh dari akuntansi itu sendiri. Tidak ada ucap perihal difinisi akuntansi oleh Pacioli. Ia hanya memaparkan secara eksplisit perihal prinsip pengusaha atau pedagang dan prinsip pencatatan yang baik. Prinsip pengusaha dan pencatatan yang sangat mencerahkan atau malah, membingungkan.
![]() |
| (The Last Supper, Wikipedia) |
Trustworthiness, sebagai prinsip pertama pebisnis yang baik. Ia harus sanggup mendapatkan amanah dan dipercaya. Pacioli mengatakan, "We are saved by faith, and without it, it is impossible to please God." Tuhan. Dalam bisnis, moral, kejujuran yakni yang utama. Ia harus mempunyai roh Tuhan, kepercayaan keTuhanan yang baik semoga sanggup bersikap baik. Pernyataan ini mulai menjawab masalah saya, apakah bisnis dan agama yakni hal yang tidak pernah bertemu. Kedua, be a good bookeeper, artinya pebisnis perlu menyajikan gosip yang baik dan sanggup dipahami oleh pembaca yang rajin. Prinsip ini mengajarkan perihal empati, bahwa laporan yang dihasilkan harus sanggup dipahami oleh audien dan meminimalkan bias persepsi. Ada kata "rajin" dalam memaknai prinsip kedua. Kemudian, Pacioli menjelaskan kutipan Raja Sulaiman perihal perumpamaan semut, bahwa pengusaha dan pedagang harus bekerja dengan rajin dan tekun seperti semut.
Selanjutnya, terkait pencatatan, Pacioli menekankan 2 poin utama, yaitu inventario (inventori) dan disposition (pengaturan). Pacioli mengajar bahwa segala yang kita miliki harus dipertanggungjawabkan kepada Tuhan. Harta, waktu, kesempatan yakni anugerah Tuhan pada kita. Bagaimana kita mengelolanya yakni ibadah kita padaNya. Implikasinya, bahwa ketika memulai berbisnis khususnya mencatat transaksi, ia mengajarkan kita semoga terbiasa menuliskan "In the name of God..." atau di dalam nama Tuhan... Wow!!! Ia menulis, "The merchants should begin their business with the name of God at the begining of every book and have His holy name in their minds."
![]() |
| (Cuplikan naskah Pacioli, 1949) |
Kedua, perihal pengaturan. Mungkin tidak banyak akuntan paham, termasuk saya. Apa arti Debet dan Kredit. Mengapa Debet didahulukan, dan kemudian Kredit?
Istilah Debit berasal dari bahasa Itali tradisional, "Dee Dare" yang artinya shall give atau memberi atau menabur. Sedangkan Kredit berasal dari kata "De Avere" yang artinya shall have atau menerima atau menuai. Bagaimana berdasarkan Anda?
Debit-Kredit bukanlah dikotomi, namun sebuah interkoneksi, bahwa ketika kita memberi, kita niscaya akan mendapatkan. Ketika kita menabur, kita akan menuai. Demikianlah harmoni kedua sisi akuntansi. Bahkan dalam bab lain, Pacioli berpesan, "… But above all, remember God and your neighbor, never forget to attend to religious meditation every morning, for through this you will never lose your way, and by being charitable, you will not lose your riches..." Artinya, bahwa dalam berbisnis selalu ingat dan pedulikan Tuhan dan orang-orang disekitarmu, selalu intim dengan Tuhan dalam sesi meditasi, maka engkau akan selalu mendapatkan jalan. Selalu bermurah hati dan engkau tidak akan pernah menjadi miskin. Sebuah prinsip yang bertolak belakang dengan aturan ekonomi yang beredar hampir di seluruh perguruan tinggi yang katanya tinggi.
Selanjutnya, ia juga mengutip pernyataan Santo Matius, "...St Matthew says “Primum quaerite rugulum dei, et haec omnia adiicietur vobis” (“Seek first the kingdom of God and then the other temporal and spiritual things you will easily obtain, becaude your Heavenly Father knows very well your need…)
Demikianlah prinsip dasar akuntansi pada mula-mula. Pacioli yakni tokoh religius yang juga berwawasan spiritual yang baik. Ia mengajarkan prinsip Tuhan universal. Sebuah keyakinan penuh bahwa Tuhan harus menjadi yang utama. Segala tindak tanduk kita yakni pertanggungjawaban pada Tuhan. Jauh dari fraud, jauh dari penggelapan pajak, jauh dari korupsi uang perusahaan, jauh dari double accounting, jauh dari income smooothing. Carilah Kerajaan Tuhan, lakukan kebaikan, prinsip-prisnip kebenaran dalam berbisnis, dan kita tidak akan pernah jatuh miskin. Demikian harap Pacioli yang tentunya sanggup dicapai melalui kepercayaan dan perbuatan baik.
O.. i c...
10 tahun saya mencar ilmu akuntansi hingga jenjang tertinggi, tanpa memahami apa itu akuntansi. Bodohnya aku...


