Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Mengatasi Duduk Kasus Melalui Keajaiban Bernafas

Suatu ketika X mengendarai kendaraan beroda empat menuju kantor. Berbegas dengan kecepatan lebih tinggi dari biasanya. Pagi itu ada rapat dewan direksi. Tiba-tiba, kendaraan beroda empat mungil dari sisi kanan, sebut saja kendaraan beroda empat Y mendahului dan memotong jalur. Tidak terima, X balas mendahului dan memotong jalur menghentikan kendaraan beroda empat Y. Keduanya turun. Mulailah sabung argumen, saling ngotot, bahkan saling pukul. Kedua kendaraan beroda empat berhenti di tengah jalan, semua arah terkait jadi macet dan kacau. Polisi datang, kedua pihak dibawa ke kantor polisi terdekat untuk menuntaskan masalah. Sampai kantor, sudah terlambat. Rapat sudah dimulai dan bos menyindir keterlambatan X. Ia dipermalukan di depan dewan direksi.

Siapa yang salah? X, Y, polisi, keadaan, bos, direksi, atau Tuhan? Jawaban Anda akan mengatakan seberapa “sadar diri” atau mindful diri Anda.

Saya teringat salah seorang guru saya, Basuki menceritakan pengalaman sederhana Musashi. Suatu ketika, bersama beberapa kawanan ia memasuki sebuah desa. Tanpa hati-hati, kakinya menginjak sebuah paku yang ujungnya menganga ke atas. Lubang dan berdarah. Alih-alih menyalahkan orang yang menaruh paku sembarangan, Musashi berkata, “Akulah yang salah. Tidak berhati-hati ketika melangkah.” Dalam hal ini, Musashi telah mencapai kesadaran diri penuh (true being) atau disebut kondisi mindful.

Kesadaran penuh jarang membawa kita pada dilema berkepanjangan. Sebaliknya, ia akan menghindarkan kita dari konflik “tidak penting”, menghabiskan enerji, konflik-konflik yang bahwasanya hanya hasil manipulasi pikiran sendiri dan korban keadaan. Kita sering terjebak dalam polemik, dilema hidup, tak berkesudahan, bertambah besar alasannya membiarkan pikiran dan keadaan menguasai kesadaran diri.

Kesadaran yaitu kunci dari segala bentuk dilema hidup. Sayang, rutinitas, kesibukan, obsesi masa depan sering merampas kesempatan diri untuk menjadi sadar penuh. Banyak cara melatih kesadaran diri. Cara paling sederhana yaitu dengan menyadari bahwa Anda sedang bernafas. Anda mungkin pernah menerima nasehat untuk menarik nafas ketika jiwa tidak tenang, gugup, dan takut. Benar, ini cara yang efektif.

Ketika Anda dihadapkan masalah, emosi dalam diri mulai bergejolak, jangan pernah ambil keputusan, berbicara, atau bertindak. Just breath… Tarik nafas perlahan, lepaskan perlahan. Sambil menarik dan melepas nafas, sadari bahwa Anda sedang bernafas. Observasi apa yang terjadi. Anda mulai murka atau sedih, sadari saja bahwa emosi Anda mulai bergejolak. Sadari apa yang sedang terjadi di sekeliling Anda. Cukup sadari saja, jangan biarkan prasangka dan pikiran mengambil alih kesadaran Anda. Jangan biarkan keadaan sekitar memanipulasi diri Anda. Terus bernafas sampai jiwa terasa tenang. Kemudian, barulah bersikap, berkata, atau bertindak.

Kembali pada ilustrasi si X. Jika ia bisa membangun kesadaran diri penuh semenjak awal, ia tidak akan terlibat dalam konflik dengan Y, urusan dengan polisi, dan dilema dengan dewan direksi. Saat itu, ia hanya tidak bisa mengobservasi apa yang sedang terjadi di dalam batinnya. Emosi telah menguasainya, ego telah membutakannya. Kesadaran diri penuh perlahan akan menenangkan pikiran dan jiwa Anda. Kesadaran diri akan membawa diri Anda pada keadaan tenang dan keputusan yang bijaksana.

Semoga bermanfaat!

Sumber http://inspirasisolusibisnis.blogspot.com/