East 57: Lean Yaitu Way Of Life, Bukan Sekedar Konsep Bisnis
18–23 Oktober 2017, perjalanan saya bersama rekan ke Negeri Sakura. 5 hari yang mengajarkan banyak perihal kehidupan. Beberapa postingan saya ke depan akan membagikan pengalaman tersebut, mutiara Jepang dengan perspektif yang berbeda.
Minimalis, salah satu kata yang kerap muncul ketika berbincang perihal negeri bonsai, Jepang. Tidak berlebihan alasannya memang demikian adanya. Kemudian kata ini popular dengan istilah lean. Berawal dari cari penginapan murah, lalu kami tertarik cari via AirBnB dan tertujulah pada East 57, hostel di tempat Asakusabashi, sekitar 1 jam-an dari Narita Airport. Turun di stasiun Asakusabashi, berjalan kaki sekitar 6 menit. Penampakannya ibarat café & kafetaria sederhana 6 lantai.
Masuk, kami eksklusif disapa (yang dalam bahasa Indonesia) “Terima kasih sudah mampir”. Salah seorang dari kami melaksanakan transaksi, mengambil kunci dan saya eksklusif mencari lokasi kamar. Cukup shock ketika saya membuka kamar saya. Tidak ada space lagi selain rak imut di samping kasur 1x2 meter. Sangat berdempetan dengan kamar tetangga. Entah ini kamar tidur atau kamar hamster, canda kami. Tata letaknya, ibarat sebuah ruang besar yang disekat menjadi banyak kamar mini. Bahkan ada yang menggunakan ranjang tingkat. Sangat cocok buat backpacker.
![]() |
| pic: penampakan kamar |
Kamar mandi dan lain-lain ada di luar dan digunakan bersama. Penasaran, saya masuk ke sana, ukurannya kira-kira 1 x 1 meter. Wow! Aktivasi shower hanya sekitar 1 menit saja. Jika ingin mengaktifkan kembali, tinggal tekan tombol pemicu air. Jelas teknik ini akan mengurangi pemborosan air alias ngirit. Di depan terdapat sebuah wastafel, mungkin termini yang pernah saya lihat. Setelah basuh tangan, basuh muka saya ambil tissue gulung yang disediakan di sana. Begitu tipis. Jika biasanya kita menggunakan tissue lapis dua, di sana hanya 1 lapis. Selesai, saya tolah-toleh mencari tempat sampah. Setelah memperhatikan tiap sisi, kesannya saya temukan 1 tempat sampah di salah satu sudut. Ternyata, memang di Jepang tidak banyak tempat sampah umum. Hal ini untuk mendidik masyarakat supaya tidak gampang nyampah, mengingat biaya olahnya cukup besar.
Hari makin malam, perut saya mulai lapar. Turun menuju kafetaria hendak memesan kentang goreng atau apa saja. Seorang karyawan, perempuan kawaii mengatakan, “Sorry we’re closed. You may order one day before.” Wah, mau makan saja perlu PO (pre-order). Mereka tidak mau berisiko “membuang” sisa masakan yang tidak laku. Akhirnya bersama kawan, kami terpaksa keluar mencari ramen.
![]() |
| pic: bersama siswa dan alumni |
Bukan pengalaman glamor, namun sangat mengesankan. Mungkin Anda berpikir, administrasi East57 kebangetan pelit. Jika bertukar posisi, mungkin mereka justru melihat gaya hidup orang Indonesia kelewat boros. Saya pikir, ini problem habit dan budaya.
Saya sejenak bertanya “Inikah penerapan Lean (ramping) sesungguhnya?” Mereka memanfaatkan space seoptimal mungkin. Mereka sangat tepat menjaga efisiensi tanpa mengesampingkan kenyamanan dan terutama kebersihan. Mereka menjaga keseimbangan value, tenaga, waktu, dan biaya. Sebagian besar masyarakat, khususnya bisnis di sana berhasil menerapkan Lean dengan baik alasannya Lean yaitu way of life, sesuatu yang telah menyatu dan menjadi kebiasaan.
Mungkin ini petunjuk tanggapan atas pernyataan, mengapa Lean sulit diterapkan di perusahaan Indonesia. Benar, alasannya hanya sebatas aplikasi kognitif dan belum menyatu sebagai gaya hidup. Lean bukan sekadar ambisi efisiensi demi gambaran dan performa tahunan, lean yaitu cara hidup. Lean bukan untuk kepentingan manajemen, lean yaitu kesejahteraan dan keseimbangan alam. Bagaimana mereka (orang Jepang) bukan hanya berpikir biaya, namun lebih berkonsentrasi pada kesejahteraan sumber daya alam, air, tanah, udara, dan hutan masa kini dan masa depan.
Mungkin ini petunjuk tanggapan atas pernyataan, mengapa Lean sulit diterapkan di perusahaan Indonesia. Benar, alasannya hanya sebatas aplikasi kognitif dan belum menyatu sebagai gaya hidup. Lean bukan sekadar ambisi efisiensi demi gambaran dan performa tahunan, lean yaitu cara hidup. Lean bukan untuk kepentingan manajemen, lean yaitu kesejahteraan dan keseimbangan alam. Bagaimana mereka (orang Jepang) bukan hanya berpikir biaya, namun lebih berkonsentrasi pada kesejahteraan sumber daya alam, air, tanah, udara, dan hutan masa kini dan masa depan.
Dan yang paling mengejutkan, untuk 5 hari 4 malam, saya hanya membayar sekitar 1 jutaan saja. Tarif penginapan yang sangat murah untuk kelas Tokyo. Jika Anda ingin benar berguru dan mencicipi sensasi Lean, mungkin perlu mencoba ke sana.
Sumber http://inspirasisolusibisnis.blogspot.com/


