Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Makalah Abjad Atau Budi Pekerti Dalam Kepemimpinan Nasional Pendidikan




Karakter atau Budi Pekerti dalam Kepemimpinan Nasional Pendidikan




KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur kami panjatkan ke Hadirat Tuhan Yang Maha Esa, lantaran berkat limpahan Rahmat dan Karunia-nya sehingga kami sanggup menyusun makalah ini dengan baik dan benar, serta tepat pada waktunya. Dalam makalah ini kami akan membahas mengenai “Karakter/Budipekerti Dalam Kepemimpinan Nasional Pendidikan”.

Karya tulis ini telah dibuat dengan aneka macam observasi dan beberapa derma dari aneka macam pihak untuk membantu menuntaskan tantangan dan kendala selama mengerjakan makalah ini. Oleh lantaran itu, kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini.

Kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan yang fundamental pada makalah ini. Oleh lantaran itu kami mengundang pembaca untuk memperlihatkan saran serta kritik yang sanggup membangun kami. Kritik konstruktif dari pembaca sangat kami harapkan untuk penyempurnaan makalah selanjutnya. Akhir kata semoga makalah ini sanggup memperlihatkan manfaat bagi kita semua.


Batam, November 2013



PENULIS


BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Manusia sudah ditakdirkan hidup berkelompok berdasarkan kepentingan bersama . kepentingan kelompok yang semakin bermacam-macam dan majunya tingkat berpikir manusia. Untuk mencapai kepentingan kelompok diharapkan seseorang pemimpin untuk mengarahkan dan mengerahkan semua unsur dalam organisasi ibarat insan dengan pola tingkah laris dan pemikiran yang berbeda, sarana dan prasarana , serta dana biar menjadi satu potensi dalam rangka mencapai tujuan bersama.

Dalam kondisi Negara yang ibarat ini diharapkan seorang pemimpin yang bisa merekat bangsa demi utuhnya Negara kesatuan republik Indonesia ( NKRI). Menghadapi kondisi ibarat ini tidak sekedar pemimpin-peminpin tetapi dituntut kualitas kepemimpinan. Kualitas seorang pemimpin tampak pada kemampuannya menggerakkan, memberi bimbingan, perintah dan motivasi sehingga bawahan termotivasi untuk berbuat demi kepentingan bersama mencapai tujuan yang disepakati bersama. Sehubungan dengan itu, arti kepemimpinan ialah suatu kiat ilmu dan seni memimpin yang tampak pada usaha mempengaruhi orang lain terutama bawahan yang dipimpinnya untuk menaati perintah dan petunjuk secara suka rela guna mencapai tujuan organisasi

Berpegang pada pengertian umum kepemimpinan tersebut maka yang dimaksud dengan kemimpinan nasional ialah kelompok elite bangsa pada segenap strata kehidupan nasional pada bidang, sektor/profesi pada supra dan infra struktur, serta pemimpin non formal (informal leader) yang mempunyai kemampuan dan kewenangan untuk mengarahkan/ mengerahkan bangsa dan Negara dan pencapaian tujuan nasional “(LEMHANNAS 2001 : 2 ).
Kepemimpinan nasional terkait berpengaruh dengan kekuasaan, dimana dalam rezim Orde gres (ORBA) sarat dengan muatan kekuasaan. Kekuasaan merupakan salah satu kapasitas atau modal dasar kemampuan untuk mempengaruhi orang lain ( rakyat yang dipimpin langsung) untuk bertindak sesuai perintah dan petunjuk pemimpin yang berkuasa.

Dalam situasi dan kondisi kini ini dunia terus berubah berdasarkan “kekuatan perubahan” ( Power of change) dari menit ke menit dai jam ke jam , dari hari ke hari, dari bulan ke bulan dari tahun ke tahun, dari masa ke abad. Situasi dan kondisi yang dihadapi oleh bangsa dan Negara pun selalu berubah dari waktu ke waktu. Perubahan sanggup didorong dari situasi dalam negeri ( lingkungan strategis nasional) yang menuntut bangsa Indonesia mawas kedalam, dan perubaham sanggup pula didorong oleh situasi luar negeri ( lingkungan strategis internasional) yang menuntut bangsa Indonesia mawas keluar.

Situasi dan kondisi yang selalu berubah ini disebabkan oleh system kehidupan sosial yang selalu berubah yang cenderung kearah yang lebih meningkat/maju. Oleh lantaran itu taktik kepemimpinn pun tidak statis tetapi dinamis sesuai dengan arah gerakan perubahan tersebut.



B. Rumusan Masalah

  1.  Apakah yang dimaksud dengan abjad / budi pekerti dalam kepemimpinan nasional pendidikan?
  2. Bagaimanakah kriteria karakter/ budi pekerti dalam kepemimpinan nasional pendidikan ?


C. Tujuan Penelitian

  1. Untuk mengetahui pengertian karakter/ budi pekerti dalam kepemimpinan nasional pendidikan
  2. Untuk mengatahui kriteria abjad / budi pekerti dalam kepemimpinan nasional pendidikan 
  3. Dapat dijadikan anutan untuk menjadi pemimpin yang mempunyai abjad / budi perkerti nasional pendidikan yang baik dan benar



BAB II

LANDASAN TEORI

A. Pengertian Karakter/ Budi Pekerti


Menurut Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, abjad ialah sifat-sifat kejiwaan, moral atau budi pekerti yang membedakan seseorang dari yang lain, tabiat, watak. Berkarakter artinya mempunyai watak mempunyai kepribadian (Kamisa, 1997: 21).

Budi pekerti sanggup diartikan sebagai perpaduan dari hasil rasio dan rasa yang bermanifestasi pada karsa dan tingkah laris manusia. Penerapan budi pekerti tergantung kepada pelaksanaanya. Budi pekerti sanggup bersifat positif maupun negatif. Budi pekerti itu sendiri selalu dikaitkan dengan tingkah laris manusia.


B. Pengertian Kepemimpinan Nasional

Menurut Prof. Dr. Mustopadidjaja, bahwa Kepemimpinan Nasional diartikan sebagai Sistem Kepemimpinan dalam rangka penyelenggaraan negara dan pembangunan bangsa, mencakup aneka macam unsur dan srtuktur kelembagaan yang berkembang dalam kehidupan Pemerintahan negara dan masyarakat, yang berperan mengemban misi usaha mewujudkan harapan dan tujuan bangsa sesuai dengan posisi masing-masing dalam Pemerintahan dan masyarakat, mernurut niali-nilai kebangsaan dan usaha yang diamanatkan konstitusi negara.

Secara struktural, Kepemimpinan Nasional terdiri dari pejabat lembaga-lembaga pemerintahan negara dan pemimpin lembaga-lembaga yang berkembang dalam masyarakat, yang secara fungsional berperan dan berkewajiban memimpin orang dan forum yang dipimpinnya dalam upaya mewujudkan harapan dan tujuan bernegara.

Menurut Anwar Ibarahim, bahwa kepemimpinan haruslah peka dan prihatin terhadap bunyi dan aspirasi rakyat serta merumuskan cara pendekatan yang melibatkan rakyat. Beliau menekankan pada konsep Syura’ (musyawarah) dan demokrasi penyetaraan

Pemimpin Naisonal ialah sosok yang bisa memahami kebutuhan dan aspirasi rakyat Indonesia secara keseluruhan dan menghayati nilai-nilai yang berlaku, biar mempunyai kemampuan memberi inspirasi kepada bangsa Indonesia dan mempunyai visi yang sesuai dengan harapan bangsa Indonesia.


C. Landasan Kepemimpinan Nasional

Pemerintah Pusat dan Pemda perlu terus-menerus memperbaharui pemahaman dan janji bersama dalam membangun Indonesia. Kesepakatan ini dipandu oleh visi Indonesia jangka menengah dan jangka panjang. Arah Indonesia dalam jangka panjang 2005-2025 telah ditetapkan dalam UU Nomor 17 tahun 2007, perihal Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional. Sedangkan dalam jangka menengah, kita segera akan menyusun Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional tahap kedua tahun 2009-2014. Dalam konteks ini, proses penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Menengah baik di tingkat Nasional maupun di masing-masing Daerah harus diserasikan. Dengan demikian, taktik dan pelaksanaan pembangunan Indonesia yang inklusif sanggup segera dilaksanakan secara efektif dan saling menunjang. Peran kepemimpinan nasional untuk mengarahkan pembangunan nasional ini menjadi kunci keberhasilan pencapaian aneka macam sasaran pembangunan yang telah ditetapkan.

Wawasan kebangsaan para pimpinan nasional yang tertuang dalam pemahaman akan empat pilar (Pancasila, Undang-Undang Dasar 1945, Bhinneka Tunggal Ika, dan NKRI) menjadi dasar bagi pembentukan kepemimpinan nasional yang baik. Dalam pendekatan teori Kepemimpinan Nasional, wawasan nusantara dan ketahanan nasional merupakan cara pandang dan konsepsi berpikir untuk menata kehidupan berbangsa dan bernegara. Setiap pimpinan di semua level sebagai mana diamanatkan presiden terutama pada tataran kebijakan dan operasional harus mempunyai pemahaman dan penghayatan yang sama perihal hal ini biar terhindar dari sikap ego kedaerahan, mencari prestise dan menikmati enaknya jadi pemimpin. Visi, persepsi dan interpretasi, keserasian, keseimbangan dan rasa mempunyai serta bertanggungjawab menjadi dasar penyelarasan pengembangan iptek di aneka macam level. Melalui pemahaman Wasantara dengan benar akan terlihat implementasi kepemimpinan yang mempunyai wawasan kebangsaan serta meletakan pembagian terstruktur mengenai kepentingan nasional diatas segalanya dengan diilhami visi pada konsepsi Ketahanan Nasional



Peran Kepemimpinan Nasional dalam Pendidikan

1. Peran Pemimpin dalam Manajemen Sumber Daya Manusia (MMSDM)


Peranan seorang pemimpin dalam administrasi SDM ialah :
Melaksanakan fungsi-fungsi administrasi untuk memperoleh hasil yang ditargetkan yang telah menjadi janji bersama.
Mengembangkan dan memperbaiki sistem biar kegiatan pengembangan mutu SDM berhasil sesuai harapan.
Melaksanakan beberapa hal yang benar “People who do the right thing” (karakter seorang pemimpin) dan melaksanakan sesuatu secara benar atau disebut “People who do things right” (karakter seorang manajer).
Menentukan suatu elemen administrasi mutu SDM yang dibuktikan aktual dalam pelaksanaan kegiatan untuk pencapaian tujuan.



2. Peran Pemimpin Dalam Pengambilan Keputusan

Pengambilan keputusan dalam tinjauan sikap mencerminkan abjad bagi seorang pemimpin. Untuk mengetahui baik tidaknya keputusan yang diambil bukan hanya dinilai dari konsekuensi yang ditimbulkannya, melainkan melalui aneka macam pertimbangan dalam prosesnya. Kegiatan pengambilan keputusan merupakan salah satu bentuk kepemimpinan, sehingga:

Teori keputusan merupakan metodologi untuk menstrukturkan dan menganalisis situasi yang tidak niscaya atau berisiko, dalam konteks ini keputusan lebih bersifat perspektif daripada deskriptif

Pengambilan keputusan ialah proses mental dimana seorang manajer memperoleh dan memakai data dengan menanyakan hal lainnya, menggeser balasan untuk menemukan informasi yang relevan dan menganalisis data; manajer, secara individual dan dalam tim, mengatur dan mengawasi informasi terutama informasi bisnisnya.

Pengambilan keputusan ialah proses menentukan di antara alternatif-alternatif tindakan untuk mengatasi masalah.Dalam pelaksanaannya, pengambilan keputusan sanggup dilihat dari beberapa aspek, yaitu proses dan gaya pengambilan keputusan. Proses pengambilan keputusan, dilakukan melalui beberapa tahapan seperti:
  • Identifikasi masalah
  • Mendefinisikan masalah 
  • Memformulasikan dan membuatkan alternative 
  • Implementasi keputusan 
  • Evaluasi keputusan

Gaya pengambilan keputusan, Gaya ialah lear habit atau kebiasaan yang dipelajari. Gaya pengambilan keputusan merupakan kuadran yang dibatasi oleh dimensi. Cara berpikir, terdiri dari:
  1. Logis dan rasional; mengolah informasi secara serial
  2. Intuitif dan kreatif; memahami sesuatu secara keseluruhan. 
  3. Toleransi terhadap ambiguitas 
  4. Kebutuhan yang tinggi untuk menstruktur informasi dengan cara meminimalkan ambiguitas 
  5. Kebutuhan yang rendah untuk menstruktur informasi, sehingga sanggup memproses banyak pemikiran pada ketika yang sama.


3. Peran Pemimpin Dalam Pembangunan Tim


Definisi Tim :
Tim ialah kelompok kerja yang dibuat dengan tujuan untuk menyukseskan tujuan bersama sebuah kelompok organisasi atau masyarakat.
Unit kerja yang solid yang mempunyai identifikasi keanggotaan maupun kolaborasi yang berpengaruh

Peranan kepemimpinan dalam tim :
  • Memperlihatkan gaya pribadi
  • Proaktif dalam sebagian hubungan
  • Mengilhami kerja tim
  • Memberikan dukungan timbal balik
  • Membuat orang terlibat dan terikat
  • Memudahkan orang lain melihat peluang dan prestasi
  • Mencari orang yang ingin unggul dan sanggup bekerja secara kontruktif
  • Mendorong dan memudahkan anggota untuk bekerja
  • Mengakui prestasi anggota tim
  • Berusaha mempertahankan komitmen
  • Menempatkan nilai tinggi pada kerja tim

4 Peran Pemimpin Sebagai Pembangkit Semangat

Peran pemimpin dalam pemberian semangat sanggup dilakukan dengan cara :
  • Memberikan kebanggaan dan dukungan
  • Memberikan penghargaan berupa kata-kata dan insentif
  • Penambahan sarana kerja
  • Penambahan staf yag berkualitas
  • Perbaikan lingkungan kerja
  • Memberikan Drive/dorongan yang akan menghasilkan inisiatif, dan mengakibatkan energi yang tinggi dan hasrat untuk berprestasi (Motivation)
  • Menumbuhkan Self Confidence/percaya diri
  • Knowledge/pengetahuan, pemahaman yang penuh perihal organisasi.


5. Peran Menyampaikan Informasi

Informasi merupakan jantung kualitas perusahaan atau organisasi. Penyampaian atau penyebaran informasi harus dirancang sedemikian rupa sehingga informasi benar-benar hingga kepada komunikan yang dituju dan memperlihatkan manfaat yang diharapkan. Informasi yang disebarkan harus secara terus-menerus dimonitor biar diketahui dampak internal maupun eksternalnya. Monitoring tidak sanggup dilakukan asal-asalan saja, tetapi harus betul-betul dirancang secara efektif dan sistemik.

Pemimpin harus menjalankan kiprah consulting baik ke ligkungan internal organisasi maupun ke luar organisasi secara baik, sehingga tercipta budaya organisasi yang baik pula. Sebagai orang yang berada di puncak dan dipandang mempunyai pengetahuan yang lebih baik dibanding yang dipimpin, seorang pemimpin juga harus bisa memperlihatkan bimbingan yang tepat dan simpatik kepada bawahannya yang mengalami persoalan dalam melaksanakan pekerjaannya.


Model Kepemimpinan Nasional Pendidikan yang Berkarakter/ Budi Pekerti

1. MODEL-MODEL KEPEMIMPINAN :

A. MODEL WATAK KEPEMIMPINAN
Pada umumnya studi-studi kepemimpinan pada tahap awal mencoba meneliti perihal watak individu yang menempel pada diri para pemimpin, ibarat misalnya: kecerdasan, kejujuran, kematangan, ketegasan, kecakapan berbicara, kesupelan dalam bergaul, status social ekonomi, dan lain-lain (Bass 1960, Stogdill 1974).

Stogdill (1974) menyatakan bahwa terdapat enam kategori factor pribadi yang membedakan antara pemimpin dan pengikut yaitu kapasitas, prestasi, tanggung jawab, partisipasi, status dan situasi. Namun demikian banyak studi yang memperlihatkan bahwa factor-faktor yang membedakan antara pemimpin dan pengikut dalam satu studi tidak konsisten dan tidak didukung dengan hasil-hasil studi yang lain.

Disamping itu watak pribadi bukanlah factor yang dominant dalam menentukan keberhasilan kinerja managerial para pemimpin. Hingga tahun 1950-an, lebih dari 100 studi yang telah dilakukan untuk untuk mengindifikasi watak atau sifat personal yang dibutuhkan oleh pemimpin yang baik, dan dari studi-studi tersebut dinyatakan bahwa kekerabatan antara karakteristik, watak dengan efektifitas kepemimpinan, walupun positif tetapi signifikasinya sangat rendah (Stogdill 1970).

Bukti-bukti yang ada menyarankan bahwa apabila kepemimpinan didasarkan pada factor situasi, maka efek watak yang dimiliki oleh para pemimpin mempunyai efek yang tidak segnifikan. Kegagalan studi-studi perihal kepemimpinan pada periode awal ini yang tidak berhasil meyakinkan adanya kekerabatan yang terperinci antara watak pribadi pemimpin dan kepemimpinan menciptakan para peneliti untuk mencari factor-faktor lain (selain factor watak), ibarat contohnya factor situasi yang diharapkan sanggup secara terperinci membuktikan perbedaan karakteristik antara pemimpin dan pengikut.


B. MODEL KEPEMIMPINAN SITUASIONAL

Model kepemimpinan situasional merupakan pengembangan model watak kepemimpinan dengan focus utama factor situasi sebagai variable penentu kemampuan kepemimpinan.Studi-studi kepemimpinan situasional mencoba mengidentifikasi karakteristik situasi atau keadaan sebagai factor penentu utama yang menciptakan seorang pemimpin berhasil melaksanakan tugas-tugas organisasi secara efektif dan efisien. Dan juga model ini membahas aspek kepemimpinan lebih berdasarkan fungsinya, bukan lagi hanya berdasarkan watak kepribadian pemimpin.

Hencley (1973) menyatakan bahwa factor situasi lebih menentukan keberhasilan seorang pemimpin dibandingkan watak pribadinya, berdasarkan pendekatan kepemimpinan situasional ini seseorang bisa dianggap sebagai pemimpin atau pengikut tergantung pada situasi atau keadaan yang dihadapi.Banyak studi yang mencoba untuk mengidentifikasi karakteristik situasi khusus yang mempengaruhi kinerja para pemimpin.

Hoy dan Miskel (1987) menyatakan bahwa terdapat empat factor yang mempengaruhi kinerja pemimpin, yaitu sifat structural organisasi, iklim atau lingkungan organisasi, karakteristik kiprah atau kiprah dan karakteristik bawahan.

Kajian model kepemimpinan situasional lebih menjelaskan fenomena kepemimpinan dibandingkan dengan model terdahulu.Namun demikian model ini masih dianggap belum memadai lantaran model ini tidak sanggup memprediksikan kecakapan kepemimpinan yang mana yang lebih efektif dalam situasi tertentu.


C. MODEL PEMIMPIN YANG EFEKTIF

Model kajian kepemimpinan ini memperlihatkan informasi perihal type-type tingkah laris para pemimpin yang efektif.Tingkah laris para pemimpin sanggup dikategorikan menjadi dua dimensi, yaitu struktur kelembagaan dan konsiderasi.

· Dimensi struktur kelembagaan menggambarkan hingga sejauh mana pemimpin mendefinisikan dan menyusun interaksi kelompok dalam rangka mencapai tujuan organisasi serta sejauh mana para pemimpin mengorganisasikan kegiatan-kegiatan kelompok mereka, dimensi ini dikaitkan dengan usaha para pemimpin mencapai tujuan organisasi.

· Dimensi konsiderasi menggambarkan hingga sejauh mana tingkat kekerabatan kerja antara pemimpin dan bawahannya, dan hingga sejauh mana pemimpin memperhatikan kebutuhan social dan emosi bagi bawahan, contohnya kebutuhan akan pengakuan, kepuasan kerja dan penghargaan yang mempengaruhi kinerja mereka dalam organisasi. Dimensi konsiderasi ini juga dikaitkan dengan adanya pendekatan kepemimpinan yang mengutamakan komunikasi dua arah, partisipasi dan kekerabatan manusiawi.

Halpin (1966) menyatakan bahwa tingkah laris pemimpin yang efektif cenderung memperlihatkan kinerja yang tinggi terhadap dua aspek diatas.Dia beropini bahwa pemimpin yang efektif ialah pemimpin yang menata kelembagaan organisasinya secara sangat terstruktur dan mempunyai kekerabatan dan persahabatan yang sangat baik. Secara ringkas model kepemimpinan efektif ini mendukung anggapan bahwa pemimpin yang efektif ialah pamimpin yang sanggup menangani kedua aspek organisasi dan insan sekaligus dalam organisasinya.


D. MODEL KEPEMIMPINAN KONTINGENSI

Studi kepemimpinan jenis ini memfokuskan perhatiannya pada kecocokan antara karakteristis watak pribadi pemimpin, tingkah lakunya dan fariabel-fariabel situasional.

Kalau model kepemimpinan situasional berasumsi bahwa situasi yang berbeda membutuhkan type kepemimpinan yang berbeda, maka model kepemimpinan kontingensi memfokuskan perhatian yang lebih luas, yakni pada aspek-aspek keterkaitan antara kondisi / variable situasional dengan watak atau tingkah laris dan criteria kinerja pemimpin (Hoy and Miskel 1987).

Fiedler (1967) beranggapan bahwa donasi pemimpin terhadap efektifitas kinerja kelompok tergantung pada cara atau gaya kepemimpinan dan sesuai situasi yang dihadapinya. Menurutnya ada tiga factor utama yang mempengaruhi kesesuaian situasi dan ketiganya ini selanjutnya mempengaruhi keefektifan pemimpin, ketiga factor tersebut adalah:
  1. Hubungan antara pemimpin dan bawahan, yaitu hingga sejauh mana pemimpin itu dipercaya dan disukai oleh bawahan untk mengikuti petunjuk pemimpin.
  2. Struktur kiprah yaitu hingga sejauh mana tugas-tugas dalam organisasi didefinisikan secara terperinci dan hingga sejauh mana tugas-tugas tersebut dilengkapi dengan petunjuk yang rinci dan mekanisme yang baku. 
  3. Kekuatan posisi, yaitu hingga sejauh mana kekuatan atau kekuasaan yang dimiliki oleh pemimpin, lantaran posisinya diterapkan dalam organisasi untuk menanamkan rasa mempunyai akan arti penting dan nilai dari tugas-tugas mereka masing-masing. Kekuatan posisi juga menjelaskan hingga sejauh mana pemimpin memakai otoritasnya dalam memperlihatkan eksekusi dan penghargaan, promosi dan penurunan pangkat.

Walaupun model kepemimpinan kontingensi dianggap lebih tepat dibandingkan model-model sebelumnya dalam memahami aspek kepemimpinan dalam organisasi, namun demikian model ini belum sanggup menghasilkan penjelasan yang terperinci perihal kombinasi yang paling efektif antara karakteristik pribadi, tingkah laris pemimpin dan variable situasional.

2. Model Kpemimpinan Masa Kini (sekarang)




A. MODEL KEPEMIMPINAN TRANSAKSIONAL.

Kepemimpinan transaksional ialah kekerabatan antara pemimpin dan bawahan serta ditetapkan dengan terperinci kiprah dan tugas-tugasnya.

Menurut Masi and Robert (2000), kepemimpinan transaksional digambarkan sebagai mempertukarkan sesuatu yang berharga bagi yang lain antara pemimpin dan bawahannya (Contingen Riward), intervensi yang dilakukan oleh pemimpin dalam proses organisasional dimaksudkan untuk mengendalikan dan memperbaiki kesalahan yang melibatkan interaksi antara pemimpin dan bawahannya bersifat pro aktif.Kepemimpinan transaksional aktif menekankan pemberian penghargaan kepada bawahan untuk mencapai kinerja yang diharapkan. Oleh lantaran itu secara pro aktif seorang pemimpin memerlukan informasi untuk menentukan apa yang ketika ini dibutuhkan bawahannya.

Berdasarkan dari uraian tersebut diatas, maka sanggup dikatakan bahwa prinsip utama dari kepemimpinan transaksional ialah mengaitkan kebutuhan individu pada apa yang diinginkan pemimpin untuk dicapai dengan apa penghargaan yang diinginkan oleh bawahannya memungkinkan adanya peningkatan motivasi bawahan. Steers (1996).



B. MODEL KEPEMIMPINAN TRANSFORMASIONAL

Teori ini mengacu pada kemampuan seorang pemimpin untuk memperlihatkan pertimbangan dan rangsangan intelektual yang individukan dan yang mempunyai charisma. Dengan kata lain pemimpin transformasional ialah pemimpin yang bisa memperhatikan keprihatinan dan kebutuhan pengembangan diri pengikut untuk mengeluarkan upaya ekstra untuk mencapai tujuan kelompok.

Pemimpin transaksional pada hakekatnya menekankan bahwa seorang pemimpin perlu menentukan apa yang perlu dilakukan para bawahannya untuk mencapai tujuan organisasi. Disamping itu pemimpin transaksional cenderung memfokuskan diri pada penyelesaian tugas-tugas organisasi.Untuk memotivasi biar bawahan melekukan tanggung jawab mereka, para pemimpin transaksional sangat mengandalkan pada system pemberian penghargaan dan eksekusi pada bawahannya.

Hater dan Bass (1988) menyatakan bahwa pamimpin transformasional merupakan pemimpin yang kharismatik dan mempunyai kiprah sentral dan strategis dalam membawa organisasi mencapai tujuannya. Pemimpin transformasional juga harus mempunyai kemampuan untuk menyamakan visi masa depan dengan bawahannya, serta mempertinggi kebutuhan bawahan pada tingkat yang lebih tinggi dari pada apa yang mereka butuhkan.

Yamarino dan Bass (1990), pemimpin trasformasional harus bisa membujuk para bawahannya melaksanakan tugas-tugas mereka melebihi kepentingan mereka sendiri demi kepentingan organisasi yang lebih besar.Bass dan Avolio (1994), mengemukakan bahwa kepemimpinan transformasional mempunyai empat dimensi yang disebutnya sebagai “The Four I’s”:
  • Perilaku pemimpin yang menciptakan para pengikutnya mengagumi, menghormati sekaligus mempercayai (Pengaruh ideal).
  • Pemimpin transformasional digambarkan sebagai pemimpin yang bisa mengartikulasikan pengharapan yang terperinci terhadap prestasi bawahan (Motivasi-inspirasi) 
  • Pemimpin transformasional harus bisa menumbuhkan ide-ide baru, memperlihatkan solusi yang kreatif terhadap permasalahan-permasalahan yang dihadapi bawahan (stimulasi intelektual). 
  • Pemimpin transformasional digambarkan sebagai seorang pemimpin yang mau mendengarkan dengan penuh perhatian masukan-masukan bawahan dan secara khusus mau memperhatikan kebutuhan-kebutuhan bawahan akan pengembangan karir (konsederasi individu).

Banyak peneliti dan praktisi managemen yang setuju bahwa model kepemimpinan transformasional merupakan konsep kepemimpinan yang terbaik dalam menguraikan karakteristik pemimpin (Sarros dan Butchatsky 1996).

Hasil survey Parry (2000) yang dilakukan di New Zealand, memperlihatkan tidak ada kontradiksi dengan penemuan-penemuan sebelumnya perihal efektifitas kepemimpinan transformasional. Disamping itu Parry juga beropini bahwa kepemimpinan transformasional sanggup dilatihkan, pendapat ini didasarkan pada temuan-temuannya yaitu keberhasilan training kepemimpinan transformasional yang dilakukan di New Zealand sebagai berikut:
  • Berhasil meningkatkan kemampuan pelaksanaan kepemimpinan transformasional lebih dari 11% (dilihat dari peningkatan hasil usahanya) sehabis dua hingga tiga bulan dilatih.
  • Berhasil meningkatkan kegiatan kerja bawahan sebesar 11% sehabis dua hingga tiga bulan dilatih.



Fungsi Karakter atau Budi Pekerti dalam Kepemimpinan Pendidikan


Dalam dunia pendidikan, kerjasama, membantu menuntaskan persoalan dan pengarahan itu merupakan cuilan terpenting dalam terlaksananya tujuan pendidikan. Oleh lantaran itu, fungsi kepemimpinan dalam pendidikan harus mengarah kesana. Menurut Dr. Hadari Naawawi, ada empat fungsi kepemimpinan dalam pendidikan, yakni:
  1. Mengembangkan dan menyalurkan kebebasan berfikir dan mengeluarkan pendapat, baik secara perorangan maupun kelompok.
  2. Mengembangkan suasana kerjasama yang efektif dan kesediaan menghargai orang lain sesuai dengan kemampuan masing-masing. 
  3. Mengusahakan dan mendorong terjadinya pertemuan pendapat dengan sikap harga mengahargai sehingga ikut terlibat di kegiatan kelompok/organisasi. 
  4. Membantu menuntaskan masalah-masalah, baik yang dihadapi secara perorangan maupun kelompok dengan memperlihatkan petujuk-petunjuk dalam mengatasinya sehingga berkembang kesediaan untuk memecahkan masalahnya dengan kemampuannya sendiri



Ciri Kepemimpinan Nasional


Menurut Harrel, sifat utama kepemimpinan adalah:
  1. Kemauan keras (strong will)
    • Pemimpin ialah seseorang yang mempunyai kemauan keras ingin maju.
  2. Mementingkan hal-hal yang lahir (extroversion)
    • Pemimpin harus lebih mementingkan kepentingan umum dari pada kepentingan pribadinya. 
  3. Kebutuhan akan maju/kekuatan (power need)
    • Pemimpin ialah seseorang yang mempunyai spirit ingin lebih baik. 
  4. Kebutuhan akan prestasi (achievement need)
    • Pemimpin ialah seorang yang mau maju dengan target-target prestasi.



Contoh Kepemimpinan Berkarakter atau Berbudi Pekerti


Kepemimpinan nasional yang dirindukan oleh rakyat kini ini ialah “keteladanan. Di Indonesia, Bung Karno proklamator kemerdekaan juga pemimpin nasional yang berani, yang senantiasa menyampingkan kepentingan pribadi dan kelompok demi persatuan dan kesatuan. Terbukti dengan keberaniannya mengantarkan bangsa dan Negara ini menuju kemerdekaan. Keputusannya memberlakukan Dekrit Presiden 5 Juli 1959 bisa menyelamatkan bangsa dan Negara dari perpecahan. Kemudian dengan keberaniannya pada tahun 1961 menetapkan mengeluarkan Tri Komando Rakyat (Trikora) untuk merebut Irian Barat dari jajahan Belanda .

Sejarawan Indonesia juga mencatat bahwa Bung Hatta juga sebagai proklamator bersama Bung Karno, ialah pemimpin bangsa Indonesia. Sebagai negarawan ia tampil dengan keteladanan, kesederhanaannya, mengedepankan kepentingan nasional. Prasyarat untuk tumbuhnya demokrasi yang murni disamping dikawal oleh aturan juga faktor lain yaitu Negara yang mempunyai pemimpin yang berkarakter berpengaruh yang bisa bersaing dengan Negara-negara lain.

Beberapa pola kepemimpinan yang berkarakter berpengaruh :
  1. Perdana mentri perempuan pertama inggris Margaret Thatcher ( perempuan besi ). Pemimpin yang tidak pernah frustasi kalau gejala kemenangannya belum dilihat, ia berjuang sampau sukses, walau Thatcher sering pula mengalami kekalahan dalam dunia politik. Keputusannya penuh ketelitian, perhitungan, mendengar pendapat beberapa pihak.
  2. Le Kuan Yew, membawa Singapura yang semula hanya sebuah pulau kecil yang miskin sumberdaya menjadi Negara yang makmur. Le Kuan Yew ialah pemimpin bertangan besi yang dikuatkan oleh penegakan aturan tanpa pandang bulu, terutama bagi pejabat yang berjudi, korupsi, menduakan dan lain-lain perbuatan negatif.
  3. Nelson Mandela presiden pertama Negara Afrika Selatan yang mempunyai sifat kepemimpinan yang rendah hati seorang pemimpin sejati. Nelson seorang pemimpin besar yang rendah hati dan mempunyai hati yang hening serta mau memaafkan orang lain yang menciptakan ia menderita dalam penjara selama 27 tahun. Apa yang ia lakukan ialah rekonsilasi nasional dengan cara memperlihatkan kerendahan hati, kedamaian diri yang didukung oleh integritas yang kokoh, mempunyai tahan diri dalam menghadapi kesulitan dan tantangan. (Roy dan Tim dalam Hamengku Buwono X, 2004 :8 )
  4. Goerge W. Bush presiden Amerika dengan tangan besinya, kekuasaannya berpengaruh tak terbatas walau melanggar HAM sekalipun ia berhasil mempengaruhi sekutunya untuk menggempur negeri Osama Ben Laden hanya untuk mencari seseorang yang berjulukan Osama Ben Laden. Dengan kekuasaannya ia menjadikan AS polisi duniayang bisa mempengaruhi PBB. Dengan tangan besinya ia pula yang menghancurkan Irak hanya untuk mencari dan menangkap Saddam Husien.


BAB II

PENUTUP


Kesimpulan


Pemimpin Naisonal ialah sosok yang bisa memahami kebutuhan dan aspirasi rakyat Indonesia secara keseluruhan dan menghayati nilai-nilai yang berlaku, biar mempunyai kemampuan memberi inspirasi kepada bangsa Indonesia dan mempunyai visi yang sesuai dengan harapan bangsa Indonesia. Adapun kiprah kepemimpinan nasional pendidkan ialah sebagai berikut :
  1. Peran Pemimpin dalam Manajemen Sumber Daya Manusia (MMSDM)
  2. Peran Pemimpin Dalam Pengambilan Keputusan 
  3. Peran pemimpin dalam pembangunan tim 
  4. Peran Pemimpin Sebagai Pembangkit Semangat 
  5. Peran Menyampaikan Informasi

Yang mempunyai fungsi karakter/budi pekerti dalam kepemimpinan nasional pendidikan ialah sebagai berikut :

  1. Mengembangkan dan menyalurkan kebebasan berfikir dan mengeluarkan pendapat, baik secara perorangan maupun kelompok.
  2. Mengembangkan suasana kerjasama yang efektif dan kesediaan menghargai orang lain sesuai dengan kemampuan masing-masing. 
  3. Mengusahakan dan mendorong terjadinya pertemuan pendapat dengan sikap harga mengahargai sehingga ikut terlibat di kegiatan kelompok/organisasi. 
  4. Membantu menuntaskan masalah-masalah, baik yang dihadapi secara perorangan maupun kelompok dengan memperlihatkan petujuk-petunjuk dalam mengatasinya sehingga berkembang kesediaan untuk memecahkan masalahnya dengan kemampuannya sendiri

Menurut Harrel, sifat utama kepemimpinan adalah:
  1. Kemauan keras (strong will)Pemimpin ialah seseorang yang mempunyai kemauan keras ingin maju.
  2. Mementingkan hal-hal yang lahir (extroversion) Pemimpin harus lebih mementingkan kepentingan umum dari pada kepentingan pribadinya. 
  3. Kebutuhan akan maju/kekuatan (power need) Pemimpin ialah seseorang yang mempunyai spirit ingin lebih baik. 
  4. Kebutuhan akan prestasi (achievement need) Pemimpin ialah seorang yang mau maju dengan target-target prestasi.



Kepemimpinan nasional yang dirindukan oleh rakyat kini ini ialah “keteladanan. Di Indonesia, Bung Karno proklamator kemerdekaan juga pemimpin nasional yang berani, yang senantiasa menyampingkan kepentingan pribadi dan kelompok demi persatuan dan kesatuan. Terbukti dengan keberaniannya mengantarkan bangsa dan Negara ini menuju kemerdekaan. Keputusannya memberlakukan Dekrit Presiden 5 Juli 1959 bisa menyelamatkan bangsa dan Negara dari perpecahan. Kemudian dengan keberaniannya pada tahun 1961 menetapkan mengeluarkan Tri Komando Rakyat (Trikora) untuk merebut Irian Barat dari jajahan Belanda

Saran


Demikianlah makalah yang sanggup kami sajikan semoga sanggup bermanfaat bagi kita semua. Segala kesempurnaan hanyalah milik Tuhan yang maha esa dan segala kekurangaan sepenuhnya dari kami. Maka dari itu kami mengharapkan kritik dan saran dari teman-teman semua guna perbaikan/ revisi makalah kami selanjutnya.











Sumber https://belajarmesinbubutcnc.blogspot.com/