Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Kesulitan Deal Dengan Klien? Baca Ini!

pic: 4harmony
Beberapa bulan lalu, aku berbincang dengan salah seorang klien, owner perjuangan manufaktur besar. Menikmati sajian ringan, perbincangan kami hingga pada topik personal. Singkat kisah ia bertanya santai, “Pak, bapak tau ngga, kenapa dulu aku jadinya tetapkan berpartner dengan bapak?” Pertanyaan yang sulit dijawab. Mungkin melihat aku tampak berpikir keras, ia melanjutkan, “Awalnya ada calon partner konsultan lain yang beberapa kali datang. Sudah hampir deal, namun jadinya aku tetapkan berpartner dengan bapak saja.” Alasannya, “Tim bapak bisa memahami apa yang aku mau”.
Saya sungguh mencar ilmu banyak dari pengalaman sederhana ini. Saya mencar ilmu bagaimana kemauan diri untuk mengerti memahami orang lain yaitu hal yang penting. Saya tidak mempunyai media marketing canggih, menjual gelar atau pengalaman. Saya hanya mencar ilmu mencoba mengerti, apa sih mau calon klien saya. Argumen aku juga sederhana, dokter idealnya harus menemukan akar penyebab rasa sakit sebelum memberi treatment atau obat untuk menyembuhkan penyakit. Tidak semua kepala pusing obatnya Panad**. Bisa jadi sakit kepala lantaran sakit hati. Setiap eksklusif (klien) mempunyai kompleksitas hidup yang berbeda.
Daniel Pink, mengungkap hasil penelitiannya di sebuah sekolah kedokteran Amerika. Ia menemukan bahwa rata-rata dokter akan mengakhiri konsultasi dengan pasien pada detik ke-23. Artinya, pekerjaannya akan sangat tergesa-gesa. Entah lantaran ramai pasien, kejar omset, atau memang tidak mempunyai empati. Saya penasaran, bagaimana di Indonesia? 
Dibutuhkan pendekatan yang berbeda di dalam berkomunikasi untuk memahami setiap pribadi. Memang butuh effort lebih besar, waktu lebih banyak, dan beban pikiran yang lebih berat. Dalam psikologi, sederhananya kemauan dan kemampuan untuk memahami, bahkan hingga bergerak untuk orang lain dikenal dengan istilah empati. Sebuah perilaku yang jadinya membuat keselarasan pandangan, kesamaan cara pandang. Kata kunci utama yang sanggup kita temukan disini yaitu “kesamaan”. Kesamaan yaitu pendorong tenggang rasa dan tenggang rasa pada jadinya mendorong trust.
Berbagai pengalaman bertemu klien menjadi ilham terbaik bagi aku untuk menuntaskan buku terakhir saya, EXIST OR EXTINCT. Secara khusus aku membahas faktor di pada Bab Mirror Tween. Faktor kesamaan merupakan faktor pembangun awareness yang cukup efektif alasannya secara alami, insan lebih menyukai insan lain yang mempunyai kesamaan dengannya. Sebaliknya, tanpa adanya empati, faktor kesamaan, sebuah komunikasi akan kering dan tidak menyenangkan. Tidak ada keputusan yang sepenuhnya rasional. Keputusan insan lebih sering dikendalikan faktor irasional. 
Mungkin salah satu kegagalan kita selama ini bukan lantaran produk/ ajuan kita tidak berkualitas, namun lebih pada lantaran belum diharapkan konsumen. Kita terlalu sibuk menjelaskan fitur dan kehebatan produk kita tanpa memahami apa kebutuhan konsumen dan kita menganggap contoh pikir calon konsumen sama dengan contoh pikir kita.
Empati yang menimbulkan rasa nyaman, cocok, dan percaya yaitu kunci dasar pencipta korelasi baik yang sangat berarti bagi stakeholder anda. Nyaman, ada kecocokan, dan saling percaya akan menjadi value yang tidak gampang tergantikan. 

Semoga bermanfaat! 

Sumber http://inspirasisolusibisnis.blogspot.com/