Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Menghadapi Teror Seller Tipu-Tipu, Stay Fool Stay Cool

Sudah terlalu banyak kasus penipuan jual-beli di dunia internet. Selalu saja ada korban. Mereka (baca: penipu) memakai aneka macam teknik yang unik dan kreatif. Baru saja saya mendapat pengalaman berinteraksi dengan fake seller alias seller tipu-tipu. Syukurlah hasilnya saya terhindar dari "gendam" beberapa hari lalu.

Sabtu, 1 Oktober kemudian saya mendapat private message (pm) dari si S, orang yang tidak saya kenal. Dengan sapa ramah ia memperlihatkan penjualan Action Figure (AF). Bahkan sempat ia memuji, "Agan kuliah di kampus XXXX ya, hebat. Itu kampus terbaik se-Asia Tenggara". Saya berguman, "Bathukmu sempal, surveynya mbahmu apa." Ia melacak postingan saya dan benar kebetulan saya pernah memasang postingan WTB (want to buy) barang "X" di sebuah lembaga jual beli facebook. Sebagai calon buyer rasional, pertanyaan pertama saya yakni berapa harganya. S memperlihatkan harga menyerupai harga pasaran, asal sebut saja 500rebu. Saya mencoba menawar 450rebu. Proses tawar-menawar cukup alot dan hasilnya kami deal di harga, contohnya 450rebu. Langkah kedua, saya meminta foto barang X. Selang beberapa saat, F mengirimkan foto melalui chat fb. "Wow, ini seller beneran", batin saya. Segera ia mem-follow-up, "Gan kalau minat ambil boleh transfer kini alasannya siang ini saya je JNE". 

Sebelum transaksi lebih lanjut. Saya iseng bertanya, "Gan punya barang Y, Z, dan A?" "Ada gan", jawabnya. "Berapa duit?", tanya saya. Dengan responsif ia menjawab dan memberi gosip harga masing-masing item yang saya tanyakan. Saya makin tertarik alasannya ia memperlihatkan harga miring. "Berapa total kalau saya ambil semua?" Ia menyampaikan angka anggun untuk keempat barang tersebut dan gratis ongkos kirim. Kembali S mencoba menagih saya, "Kalau minat transfer hari ini gan, barang eksklusif saya packing". Sebelum merespon tagihan, saya tidak begitu saja percaya, mengingat 3 item barang yang saya tanyakan cukup langka di pasaran. Saya meminta foto kedua kalinya untuk 3 barang tersebut. Tidak cepat responnya. Hampir 12 jam si S gres mengirimkan foto yang saya minta. Benar, ketiga item yang saya cari memang ada fotonya. Saya melaksanakan tracking via google image untuk melihat similarity dengan gambar lain dan hasilnya, tidak ditemukan. Ya saya makin yakin ini seller wahid.

Keesokkan harinya, S kontak kembali dan menanyakan niat saya untuk beli. Sekali lagi, dia berusaha menagih uang untuk keempat item tersebut, bahkan ia sudah memberi gosip rekening bank sesuai namanya, si S. Saya mulai was-was, gres kali ini ada seller mental miskin nagih melulu padahal belum deal. Saya mulai menginterogasi beliau, dari mana asalnya hingga motif nagihnya. Cukup terkejut saya mendapat pengukuhan bahwa S sedang butuh uang untuk lunasin POan pribadinya, AF Ironman bermerk Hot Toys, wow! Saya pikir kembali, kemudian apa urusan saya, koq malah saya yang didesak dan galau ngelunasin utangnya. Memang ada pengkuan bahwa S bukan pemilik toko. ia hanya seller personal (catatan: dalam jual-beli AF tidak semua pemilik toko dan banyak pemain personal yang tidak punya akun Toped atau Bukalapak). Untuk meminimalisasi risiko, saya coba pecah transaksi. Saya berniat membeli 1 item dahulu dan menunda pembayaran hingga esok pagi. Jika benar barang hingga di alamat saya, gres saya melaksanakan transaksi selanjutnya. Dari kohesi dan koherensi kalimat-kalimat yang ditulis, S cukup kecewa dengan keputusan saya. 

Tiba hari berikutnya, dan sekali lagi S menagih saya, "Gimana gan jadi transfer? Saya kebetulan di deadline seller saya hari ini. Kaprikornus butuh uang." Saya makin tidak simpati dengan sikapnya. Saya ulur 1 jam lagi sebelum pembayaran. Saya ingin melaksanakan tracking profil S di dalam fb. Benar ada akun atas nama S dengan foto-toto acara bersama teman dan keluarga, anehnya tidak ada 1 foto wacana AF. Saya masih ingin tau dan mencari kembali melalui pencarian google. Warrr biasah! Saya menemukan nama S yang lain dengan foto yang berbeda. Awalnya, ia mengaku berasal dari Semarang dan kali ini saya menemukan S lain (sebut saja S Asli) yang berasal dari kota pahlawan. Kebetulan nama lengkap S bukan nama yang umum dan saya makin curiga. Saya segera kontak salah seorang mitra saya yang juga sering jual-beli AF. Kami berdua merancang seni administrasi untuk menemukan siapa dan apa motif Mr S tersebut. Kawan saya menyarankan untuk melacak nomor rekening yang diberikan dan ternyata, nomor rekening tersebut memang dimiliki oleh orang berjulukan Mr S. Menariknya, saya menemukan nomor dan keterangan pemilik rekening ini pada sebuah situs topup voucher game dan sejenisnya. Sebuah ecommerce yang dimiliki oleh S Asli. Benar, ini penipuan!!! Fake S yang mengaku beli Ironman ternyata beli voucher game onlen. Fake S mencoba memanfaatkan kebodohan saya untuk mentraktir voucher gratisan senilai jutaan rupiah. 

Alur penipuan yang sederhana, namun perhatikan bagaimana ia sanggup mendapat foto-foto barang rare yang saya cari. Besar hipotesis saya ia php-in calon seller lain. Saya telah melaksanakan konfirmasi pada si S Asli yang memang benar yakni seorang pebisnis voucher topup dan sejenisnya. Mengetahui hal ini, saya segera membatalkan transaksi. Tidak mudah, fake S tidak terima dan menyampaikan saya php, tidak punya integritas dan bla-bla-bla. Tantangan saya satu, "Agan kontak aja S Asli, ajak ngobrol via chat untuk menjelaskan akun bank tersebut miliki siapa sebenarnya, kemudian capture dan kirim pada saya hasilnya debatnya". Demikian, dan tidak ada lagi komunikasi kelanjutan, mungkin fake S sudah lelahhhh menghadapi kebodohan saya.

Saya yakin ini bukan perbuatan personal. Ini sebuah jaringan yang hobi mengkloning profil seseorang dan memanfaatkannya untuk laba kotor. Dari pengalaman ini saya mencatat beberapa tips untuk menghindari penipuan berkedok seller:

1. Mintalah foto orisinil produk, kalau perlu foto selfie atau dengan ktp. Memang tidak semua seller suka hal ini, namun ini yakni salah satu tes reliabilitas yang efektif.
2. Lakukan pencarian similarity melalui fitur google image. 
3. Tantang untuk melaksanakan transaksi via Toped atau Bukalapak yang mempunyai risiko penipuan lebih kecil (namun bukan nol).
4. Tetap berusaha rasional, alasannya baper akan memudahkan Anda terjerumus jebakan batman-nya.
5. Lacak profil seller di medsos atau melalui google. Jika pencarian di medsos tidak memuaskan, segera telusuri melalui google.
6. Lacak pemilik nomor rekening yang diberikan. Jika bukan namanya, perlu diwaspadai. Namun kalau memang benar namanya cari sekali lagi siapa sosok dibalik nama tersebut alasannya sanggup jadi ini yakni "kloningan". Anda sanggup melaksanakan penjelasan pada pemilik akun/ rekening yang asli.

Demikian sharing saya, biar bermanfaat!

Sumber http://inspirasisolusibisnis.blogspot.com/