Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Mengapa Seseorang Gagal?

Saat itu, trend kering melanda desa. Sudah beberapa trend tidak turun hujan. 2 orang petani terancam gagal panen lagi tahun ini. Tiga bulan mereka berdoa memohon welas asih Sang Kuasa untuk sudi meneteskan hujan.

Hari berikutnya, mereka bertemu dan salah satu diantara mereka berkata, "Aku sudah capek berdoa, saya juga sudah capek menunggu. Sekarang saya pasrah saja." Petani ini balasannya menjadi pesimis, mengalah dan berpangku tangan menyesali nasib yang yang memang selalu sial. Petani lainnya, tetap optimis. Ia mengambil langkah baru. Sambil tetap menjalankan ritualnya, ia mulai berjalan tegap menuju ladang, mencangkul tanah dan menyiapkan sebidang besar lahan untuk menanam benih. 

Tiga hari selanjutnya, si optimis mulai menanam benih jagung. Tepat hari kelima, keajaiban terjadi! Hujan lebat datang. Betapa bahagianya hati si optimis. Ia bersujud mengucap syukur pada Sang Pencipta. Dalam batinnya, Tuhan berkata, "terima kasih nak, kamu telah menyiapkan wadah biar Aku sanggup berkarya lewat hidupmu." Sebaliknya, si pesimis begitu menyesal. Sekali lagi ia harus melewati trend tanpa panen. Ia punya doktrin yang baik, tapi tidak bersabar dan bertekun. Ia memang berdoa, namun tidak banyak bertindak.

Menjadi sukses bukan semata-mata perihal bermimpi dan berharap. Menjadi sukses perlu tindakan nyata. Sukses yang kasatmata akan dialami ketika seseorang bisa memperbesar kapasitas diri (wadah) untuk mendapatkan kesuksesan. Makin besar sukses yang diharapkan, makin besar pula wadah yang harus disiapkan. Kapasitas sanggup berupa talenta yang dikembangkan, perbaikan perilaku dan huruf diri, atau kesiapan mental dan moral yang baik. Jika ketika ini Anda telah berupaya memperbesar kapasitas Anda, tetap yakin dan bertekun, alasannya yaitu mungkin besok, ahad depan, atau bulan depan akan tiba masa panen Anda.

Semoga bermanfaat!

Sumber http://inspirasisolusibisnis.blogspot.com/