Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Mengapa Cuma Iklan Dapat Menciptakan Kita Menangis?

Anda pernah melihat iklan Silent of Love dari Thai Life Insurance? (lihat disini)
Umunya, seseorang akan tersentuh, terharu, bahkan menangis ketika melihat iklan tersebut. Konsepnya sederhana, seolah tidak ada yang spesial, dan hanya mengangkat insiden sekitar kita. Menariknya, lebih banyak orang tergerak dan terpengaruh iklan-iklan demikian. Mengapa?

Apa rahasianya?
Iklan tersebut membawa kita melihat kondisi penuh keprihatinan dan konflik antara ayah yang bisu dengan anak gadisnya yang memasuki masa puber. Si gadis mulai merasa aib dengan keadaan ayahnya yang bisu dan hanya berprofesi sebagai pedagang makanan kaki lima. Bullying dari teman sebayanya menambah beban dan membawanya pada pergaulan bebas. Hingga suatu saat, sempurna di hari ulang tahunnya, anak itu mengalami kecelakan dan membutuhkan transfusi darah. (Sempat ditampilkan adegan sang ayah sedang menyiapkan camilan cantik ulang tahun, meskipun ia tahu bahwa anak gadisnya membenci dirinya). Dalam kondisi mendesak dan kritis, satu-satunya cara menyelamatkan anaknya yaitu dengan mengorbankan sebagian besar darah alias nyawanya untuk sang anak.

Misteri apa yang terjadi di sela-sela frame video ini?
Sejak ditampilkannya adegan anak gadis yang membenci ayahnya, pikiran dan emosi kita telah di-frame untuk melihat sosok anak yang menyebalkan dan tidak tahu bersyukur. Dan dengan tiba-tiba, kita dibawa pada adegan ayah yang sangat mengasihi dan mengorbankan nyawa untuk anaknya. Emosi kita dibentuk bergejolak menghadapi dua kondisi ekstrim tersebut menyerupai menabrakkan sisi kebencian dan kasih. Lalu apa yang terjadi selanjutnya? Kita diajak untuk melihat adegan menyedihkan (sang ayah berlari berjuang membawa si anak dalam kondisi koma menuju rumah sakit) disambung dengan keadaan senang (yang digambarkan dengan kenangan-kenangan cantik ayah dan anak di masa lalu) secara bergantian menyerupai menabrakkan kesedihan dan kebahagiaan. Sekali lagi emosi kita dipaksa untuk bergejolak. Apalagi dengan dentingan background music yang sangat melankolik. Luapan-luapan dan tabrakan-tabrakan emosi demikianlah yang jadinya menciptakan kita terharu dan meneteskan air mata.

Akhirnya, Pesan Moral yang Kuat!
Konsep iklan ini sangat matang dan bisa bekerja melalui alam bawah sadar, menyentuh emosi, dan jadinya menghipnotis logika kita. Pemilihan obyek ayah dan anak mengandung pesan khusus bahwa normalnya, orang bau tanah yang baik akan lebih melaksanakan apa saja untuk anaknya dibanding untuk orang bau tanah atau pasangannya. Dan pada bab selesai disampaikan sebuah pesan moral yang luar biasa:
“There are no perfect fathers, but a father will always love perfectly.”
Dari sini, kita juga mendapat citra segmentasi tajam iklan tersebut, laki-laki menuju usia tengah baya, kepala rumah tangga, atau ayah yang menyayangi keluarga (anak). Iklan ini bekerja secara emosional memalui alur dongeng sederhana. Inilah kunci membangun sebuah relasi atau ikatan antara brand atau produk dengan penonton atau calon klien, melalui dongeng yang emosional.

Semoga bermanfaat!
(dicuplik dari buku: LastingLean)

Sumber http://inspirasisolusibisnis.blogspot.com/